0

AI Open-Source: Murah, Cepat, dan Tetap Berkualitas – Benarkah OpenAI Perlu Menghabiskan Triliunan Rupiah?

SlotRaja777 – Sejak kemunculan ChatGPT dan model AI lainnya, OpenAI terus menekankan bahwa pengembangan kecerdasan buatan tingkat lanjut (AGI) membutuhkan investasi besar—baik dalam hal dana maupun energi. Mereka beranggapan bahwa hanya dengan infrastruktur raksasa, AGI bisa berkembang secara optimal. Namun, penelitian terbaru justru membuktikan sebaliknya: ternyata AI canggih bisa dikembangkan dengan biaya jauh lebih murah dan dalam waktu singkat!

Model AI Seharga $50? Stanford dan University of Washington Membuktikannya!

Jumat lalu, tim gabungan dari Stanford University dan University of Washington berhasil melatih model bahasa besar (LLM) yang berfokus pada matematika dan pemrograman. Model ini mampu menyaingi OpenAI’s o1 dan DeepSeek R1 dalam kemampuan penalaran—dan yang lebih mengejutkan, biayanya hanya $50 dalam kredit komputasi cloud!

Bagaimana caranya? Mereka tidak membangun model dari nol. Sebagai gantinya, mereka menggunakan model dasar yang sudah ada dan melakukan teknik distilasi AI dari Google Gemini 2.0 Flash Thinking Experimental. Distilasi AI ini bekerja dengan mengekstrak informasi yang relevan dari model AI yang lebih besar dan mentransfernya ke model yang lebih kecil dan lebih efisien.

Hasilnya? Dengan biaya yang jauh lebih rendah, mereka menciptakan model yang bisa bersaing dengan AI kelas atas yang dikembangkan oleh perusahaan bernilai miliaran dolar.

Hugging Face Tantang OpenAI – Hanya Butuh 24 Jam!

Tak berhenti di situ, komunitas AI open-source kembali membuat gebrakan. Tim dari Hugging Face baru saja merilis Open Deep Research, sebuah alternatif dari Deep Research milik OpenAI dan Google.

Menariknya, pengembangannya hanya memakan waktu 24 jam! Dalam pengumuman mereka, Hugging Face menyatakan bahwa mereka ingin membuktikan bahwa AI canggih tidak selalu harus dikembangkan dalam lingkungan yang tertutup dan mahal.

Hasilnya pun mengesankan: model mereka mencapai akurasi 55% pada General AI Assistants (GAIA) benchmark, sebuah tolok ukur untuk menguji kecerdasan sistem AI. Sebagai perbandingan, OpenAI Deep Research hanya unggul sedikit dengan skor antara 67-73%. Perbedaannya memang ada, tapi mengingat bahwa model Hugging Face ini dikembangkan dalam sehari dengan biaya hanya $20, hasil ini luar biasa!

Kasus Sky Computing Lab: AI Mumpuni dengan $450

Sebelumnya, pada Januari 2024, tim dari University of California, Berkeley’s Sky Computing Lab berhasil melatih model Sky T1 hanya dengan $450 dalam kredit cloud. Model ini mampu menyamai versi awal dari OpenAI’s o1-preview reasoning model.

Keberhasilan ini semakin memperkuat argumen bahwa AI tingkat lanjut bisa dikembangkan dengan biaya yang jauh lebih rendah, asal menggunakan metode dan strategi yang tepat.

Apakah OpenAI Benar-Benar Membutuhkan Triliunan Rupiah untuk AI?

Semua perkembangan ini memunculkan pertanyaan besar: apakah rencana OpenAI untuk menghabiskan lebih dari $500 miliar (sekitar 7,8 kuadriliun rupiah) untuk pusat data dan fasilitas energi benar-benar diperlukan?

Jika tim independen dari universitas ternama dan komunitas open-source bisa mencapai hasil luar biasa dengan biaya hanya puluhan hingga ratusan dolar, mengapa OpenAI memilih pendekatan yang begitu mahal?

Tentu, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
✅ Skalabilitas: Model open-source mungkin belum diuji untuk penggunaan jutaan pengguna secara bersamaan.
✅ Keamanan & Etika: OpenAI mengklaim bahwa pendekatan mereka lebih aman dan lebih bertanggung jawab dalam pengembangan AI.
✅ Keunggulan Komersial: Model seperti ChatGPT dan GPT-4 tidak hanya tentang kecerdasan, tetapi juga bagaimana mereka bisa diintegrasikan dalam ekosistem bisnis yang luas.

Namun, dengan semakin banyaknya bukti bahwa AI berkualitas tinggi bisa dikembangkan dengan biaya lebih rendah, sulit untuk tidak mempertanyakan strategi OpenAI.

Baca: Google Klaim Aplikasi Komputasi Kuantum Bisa Terwujud dalam Lima Tahun, Apakah Ini Realistis?

Masa Depan AI: Open-Source vs Korporasi Raksasa

Kita sedang memasuki era di mana AI open-source semakin matang dan mampu bersaing dengan model dari perusahaan teknologi besar. Dengan biaya yang lebih murah, fleksibilitas yang lebih tinggi, dan transparansi yang lebih baik, AI open-source bisa menjadi kunci bagi masa depan teknologi yang lebih inklusif.

Jadi, apakah OpenAI akan terus bertahan dengan pendekatan mahal mereka? Atau mereka akhirnya harus mengakui bahwa AI berkualitas tidak selalu membutuhkan anggaran raksasa? Kita lihat saja nanti!